Jumat, 17 Juni 2011

akankah semut itu pergi ?

ketika sepasang pertemanan semut layaknya embun yang timbul saat subuh datang , sungguh sejuk nian. embun yang membutakan mata, kala itu tak lihat ke depan tapi merasakan kesejukan yang merasuk ke denyut tubuh. ya, sebuah pertemanan bahkan persahabatan. senangnya semut itu merangkai cerita dengan eloknya, mengayuh perahu dengan tenangnya . masalah mu menjadi masalahku kebahagian ku menjadi kebahagian mu juga . semut merasa hela merasakan semua ini...

kala pagi datang, ingin rasanya mengukir cerita, memulai kembali setiap prosa. melihat keruh mukanya karena kantuk. menyajikan kiranya kopi untuk menenangkan mimpi nya malam tadi. tak ingin lepas dari tempat itu, hanya ingin melihat penatnya yang murung bukan masalah tapi mimpi semalam. dan berpisah ketika harus ada kewajiban. tak apa, masih ada siang menanti atau pun sore menjelang malam.

ciut burung mulai wujud , balita mulai berlari-lari di gang sebuah kota , warna langit mulai berubah menjadi gelap... ya sore itu datang, melongok-longok siapa saja yang ada di sana, adakah dia ? huh aku harap dia ada menyambut datangku dengan senyuman halus dipipinya yang mulai ditumbuhi jerawat. kiranya semangat baru menghilangkan rasa pening terik matahari siang tadi. yah akhirnya , semua pinta terpinta pula. ingin rasnya kala itu berharap langit tak menranjak ubah. tak ingin hadirnya malam.... tapi semua harus terhenti ketika kumandang adzan telah medayuh di udara yang kotor ini.

keluh gelisah , sudah keluar belum yah dia ? ... mungkin dikala gelap datang aku lebih dulu hadir dikerumunan semut lain. pikir tak tenang , ada yang kurang ketika semut lain mulai menggelitik . tertawa dengan rasa lepas. yah , akhirnya sesosok itu datang. seperdetik demi sperdetik aku raskan pertemanan ini. luas sekali bahagia ini. tak ada lagi setiap detir tangis kala aku dirumah mengingat keadaan yang tak memungkinkan. yah , itulah pertemanan. mereka tak tampak murung meski dikurung dari derasnya abu. tak ada tampak hirau yang ada hanya senyum lepas dari paras-parasnya... sampai waktu mulai berjalan dan mendekati tengah dari malam. yah , berat kaki ini melangkah untuk pulang. kalau bisa sampai senja kembali datang, aku siap . tapi tak mungkin kita harus pulang.

yah itu ketika semut merangkai ceritanya , menyongsong harinya meski dibilang benalu untuk masyarakat. tapi sudahlah, tak ada yang bisa memastikan siapa pula yg harus menjadi pemenang.

semakin hari sepasang sahabatku mungkin bosan dengan ini, padahal aku telah berusaha menjadi yang terbaik dari temanya yang lain.... kejadian semacam ini telah berkali-kali terjadi .. ya cemburu sosial... ketika ia harus melepaskan pandangan ke arahku , lebih memilih ke semut lain. ketika aku harus dihadapkan dengan celotehan mereka. sedangkanku hanya bisa melongok dengan hati yang miris tangis. ya tuhan , aku tak ingin ia hilang dari setiap rangkaian hariku , aku tak ingin ia penat dengan persahabatan yang telah kita bopoh bersama.
ya tuhan akan kah aku meraskan pedihnya hari kembali , ketika kita tak lagi berucap itu hitamku, seperti jatuh dari jurang yang tak terhitung tingginya... ketika mereka melangkah bersama tak menoreh, apalagi mengajak ku , itu kusamku. ingin rasanya gravitasi bumi terhenti biar mereka lepas jauh hingga aku bisa bersama lagi... enyah saja kau biar aku menguikir warna persahabatanku. dasar pengganggu !!! tau diri saja kau !!! dan engkau sahabat, tak ada yang bisa terucap selain menundukan kepala berharap kau iba dan melihat perjuangan ku. apakah dia ada disaat kau membutuhkan pertolongan ? apakah dia ada ketika kau harus membopong baja ? apakah dia rela memimikirkan penatmu ? . hem, sakit tuhan sungguh sakit amat sakit. kembalikan ia , sungguh tak sanggup pikir ini . sungguh tak siap raga ini .ya tuhan , dia temanku dia penghapus masalahku kenapa dia kiranya pergi? aaaaaahhhh tak mungkin tak ingin dan tak berharap .... dia akan selalu setia dengan rangkaian ini... ya aku yakin tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar